News & Research

Reader

Pendapatan Tumbuh Nyaris 2x Lipat Tapi Laba Anjlok, Ada Apa MDKA?
Thursday, March 28, 2024       18:41 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Merdeka Copper Gold Tbk () mencatatkan penurunan laba signifikan pada laporan keuangan 2023. Penurunan kinerja ini terjadi di tengah pendapatan keseluruhan perseroan yang meningkat hampir 2x lipat atau 94,28%. Lantas, apakah penyebab penurunan laba bersih di tengah lonjakan pendapatan perseroan?
Terdapattiga faktor utama yang menjadikan saham tidak mampu mencatatkan pertumbuhan laba di tengah lonjakan pendapatan yakni margin laba kotor mengalami kejatuhan akibat beban keuangan yang mengalami lonjakan hampir dua kali lipat
Sebagai informasi, margin laba kotor merupakan persentase selisih antara pendapatan dan beban pokok penjualan.
Sedangkan, beban keuangan merupakan tingkat utang yang harus dibayar perusahaan yang disesuaikan untuk periode tertentu. Laba kepentingan non pengendali merupakan laba yang diperoleh dari anak usaha perseroan dengan kepemilikan saham yang tidak sepenuhnya dimiliki induk.
Kejatuhan Margin Laba Kotor (GPM)
Data keuangan menunjukkan margin laba kotor perseroan mengalami penurunan ke level terendah sepanjang perseroan melantai di bursa. Margin laba kotor (Gross Profit Margin/GPM) pada 2023 tercatat hanya tersisa 8,5%. Sebagai perbandingan sepanjang 2017-2022, GPM berada di kisaran 18-63%.
Penurunan ini tidak terjadi dalam satu malam, tetapi GPM konsisten mengalami penurunan setiap tahunnya. Salah satu faktor rasio GPM yang terus mengalami penurunan disebabkan oleh tingkat pendapatan perseroan yang terus mengalami kenaikan, tetapi tingkat beban pokok pendapatan ( COGS ) malah meningkat lebih besar.
Berdasarkan data keuangan perseroan, kenaikan ( COGS ) utamanya disebabkan oleh biaya pengolahan yang meningkat signifikan. Berdasarkan catatan laporan keuangan , biaya pengolahan erat kaitannya dengan beban pengolahan smelter dari pertambangan.
Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan smelter belum dapat terealisasi keuntungannya dalam jangka pendek pada data keuangan perseroan. Meski demikian, telah mampu menunjukkan pertumbuhan pendapatannya secara signifikan.
Lonjakan Beban Keuangan
mengalami lonjakan beban keuangan sebesar 79% menjadi Rp 1,2 triliun. Kenaikan beban keuangan ini disebabkan oleh tingkat utang yang melonjak signifikan dalam tiga tahun terakhir. Total liabilitas melonjak 376% dalam periode 2021-2023, menjadi Rp 33,9 triliun.
Lonjakan utang disebabkan oleh adanya utang obligasi. Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, Obligasi senilai Rp 3 triliun yang memperoleh peringkat idA dari Pefindo ini sebesar 49% -nya akan digunakan untuk petumbuhan atau pengembagan usaha .
Kemudian, sebesar 25% dana perolehan obligasi akan dikucurkan untuk PT Bumi Suksesindo untuk kemudian dijadikan sebagai alat pelunasan pinjaman.
Pada saat yang bersamaan, juga akan menggunakan sekitar 20% untuk membayar seluruh pokok obligasi berkelanjutan II tahap I 2021 seri A senilai Rp 559,6 miliar. Sisa 6% akan digunakan anak usaha untuk modal kerja.
Kenaikan Laba Kepentingan Non Pengendali
Salah satu peningkatan laba kepentingan non pengendali yang mengambil alih laba keseluruhan perseroan disebabkan pengolahan nikel yang terfokus pada anak usahanya PT Battery Materials Tbk(). Hal ini ditambah dengan penurunan kepemilikan pada tahun ini tersisa 50,04%, dibanding sebelumnya 59,88%.
Berdasarkan hal tersebut, jika perseroan mampu mengefisiensikan bebannya dan utang telah terbayarkan, berpotensi mencatat laba bersih yang cukup jumbo.
CNBC INDONESIA RESEARCH

Sumber : www.cnbcindonesia.com

powered by: IPOTNEWS.COM